Ads 468x60px

Rabu, 07 November 2012

Humanisme



Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat dan kreatif, dan jika orang mau menerima tanggungjawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah, dan tekanan social lainnya. Pandangan humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal berikut:
1.      Holisme
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian/komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi di bagian satu akan mempengaruhi bagian lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah:
a.       Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi (unity, integration, consistency, dan coherence)
b.      Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhannya berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak terdapat dalam bagian-bagian.
c.       Organisme memiliki satu drive yang berkuasa, yakni aktualisasi diri (self actualization). Orang yang berjuang tanpa henti (continuous) untuk merealisasi potensi inheren yang dimilikinya pada ranah manapun yang terbuka baginya.
d.      Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organism, jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
e.       Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.
2.      Menolak Riset Bintang
Psikologi humanistik menekankan perbedaan antara tingkahlaku manusia dengan tingkahlaku binatang. Riset bintang memandang manusia sebagai mesin dan mata rantai refleks-kondisioning, mengabaikan karakterisktik manusia yang unik seperti idea, nilai-nilai, keberanian, cinta, humor, cemburu, dosa, serta puisi, musik, ilmu, dan hasil kerja lainnya. Menurut Maslow, behaviorisme secara filosofis berpandangan dehumanisasi.
3.      Manusia Pada Dasarnya Baik, Bukan Setan
Beberapa sifat menjadi ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat lainnya menjadi ciri unik individual. Kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak sesuatu yang netral, itu bukan setan. Pendangan Maslow menjadi pembaruan terhadap pakar yang menganggap kebutuhan dan tendensi manusia itu buruk atau antisosial (misalnya, apa yang disebut dosa warisan oleh ahli agama dan konsep id dari Freud). Sifatnya setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari frustasi atau kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari hereditas. Manusia mempunyai struktur yang potensial untuk berkembang positif.
4.      Potensi Kreatif
Kreativitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan. Kreativitas adalah potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan yang khusus. Umumnya orang justru kehilangan kreativitas ini karena proses pembudayaan (encultured). Termasuk di dalamnya pendidikan formal, yang memasung kreativitas dengan menuntut keseragaman berfikir kepada semua siswanya.
5.      Menekankan Kesehatan Psikologik
Maslow berpendapat psikopatologi umumnya hasil dari penolakan, frustasi, atau penyimpangan dari hakekat alami seseorang. Dalam pandangan ini, apa yang baik adalah semua yang memajukan aktualisasi diri, dan yang buruk atau abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat atau menolak kemanusian sebagai hakekat alami. Karena itu psikoterapi adalah usaha mengembalikan orang ke jalur aktualisasi dirinya dan berkembang sepanjang lintasan yang diatur oleh alam di dalam dirinya. Teori psikoanalisis tidak komprehensif karena didasarkan pada tingkahlaku abnormal atau tingkahlaku sakit. Maslow berpendapat bahwa penelitian terhadap orang lumpuh dan neurotik hanya akan menghasilkan psikologi “lumpuh”. Keran itu dia justru meneliti orang yang berhasil merealisasikan potensinya secara utuh, memiliki aktualisasi diri, memakai dan mengeksploitasi sepenuhnya bakat, kapasitas dan potensinya.

0 komentar:

Posting Komentar